Jumat, 11 September 2015

antara pilihan dan prinsip


sewaktu kecil, yang namanya pilihan adalah hal yang tidak begitu penting atau masa bodoh karena masih berpikiran bahwa pilihan akan menyelamatkan atau mendapatkan sesuatu untuk hari ini bukan besok. berpikir lebih bukan berarti dia (anak kecil) selalu bertujuan untuk jarak pandang yang jauh, kita berbicara mengenai anak kecil bukan orang yang berumur kecil. pilihan selalu ada banyak tentang ini itu dan sebagainya namun kita tak bisa mengambil semua pilihan karena serakus-rakusnya manusia dengan sejuta pilihannya hanya mempunyai 1 atau 2 kesempatan mengambil keputusan atau pilihan tersebut. ada yang beruntung mendapat pilihan lebih namnun tak berhasil ada yang hanya mendapat 1 pilihan namun sempurna. kegagalan memilih semata-mata bukan karena usaha atau kemampuan jika dinilai dari usaha dan kemampuan semua tergantung pribadi masing-masing. sebuah pilihan yang didampingi usaha dan kemampuan yang mumpuni lebih terlihat kemenangannya tapi bukan berarti pasti berhasil, masih ada Tuhan yang menentukan. pilihan yang baik, usaha yang gigih, doa dan ikhtiar adalah kunci paling utama, sesuatu yang baik pasti dipermudah bahkan lebih mudah membalikan telapak tangan jika ada usaha, doa dan ikhtiar. memilih 1 dari 2 pilihan itu bukan hal yang mudah, apalagi itu adalah sesuatu yang bersifat final atau menentukan apa yang akan terjadi kedepannya. berpikir saja tidak cukup untuk hal semacam ini! suatu pilihan yang bersifat final itu membutuhkan pemikiran dan tindakan yang tidak mudah jika diukur waktu mungkin membutuhkan waktu lama untuk memilih tapi jika kita mempunyai sedikit waktu? hanya doa yang bisa mendampingi.

ketika seseorang mengesampikan sebuah prinsip hanya untuk sebuah pilihan maka dari situlah dia bisa dinilai apakah dia benar-benar orang yang bisa memilih, orang yang sudah dewasa dan orang yang sudah mempunyai kemapanan hati. prinsip adalah hal yang menggambarkan sifat, karakter dan baik buruknya orang, jika seseorang berbicara tentang prinsip yang jujur bukan untuk tujuan sementara yang merugikan. ada orang yang memanfaatkan keadaan dengan mengandalkan prinsip dan ada orang yang yang berkorban demi prinsip. letak kedewasaan orang bisa dinilai melalui prinsip yang terucap dari hati yang paling dalam (menurut saya begitu) ketika sebuah pilihan memudarkan prinsip apa itu buruk? belum tentu, semua tergantung tujuan dan manfaat jika bersangkutan dengan ego mungkin orang lain akan bilang bahwa itu buruk tapi jika ego untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik? tak taulah, pendapat orang pasti berbeda-beda. baik buruk selalu ada sebab dan akibat, sebuah alasan untuk memilih antara pilihan 1 dan pilihan 2 akan lebih mudah jika kedua-duanya adalah pilihan yang baik, tak merugikan dan tidak bersifat memanfaatkan walapun itu pilihan final! itulah yang disebut hidup penuh dengan kemudahan tapi jika pilihan itu berakibat dengan kelanjutan hidup, apakah itu bisa dibilang mudah? pastilah! karena itu tak merugikan banyak pihak. kejelian menilai sebuah pilihan adalah modal utama, baik dan buruk itu amat sangat kelihatan jadi apa yang kita tunggu segeralah mengambil keputusan dan tentunya keputusan yang dewasa. keputusan yang dewasa adalah keputusan yang cerdas, tepat, tak membutuhkan waktu yang banyak dan tentunya tak merugikan (mungkin), setiap keputusan mungkin ada yang harus dikorbankan dan itu amat sangat tidak menyenangkan. Apapun itu yang dikorbankan pastinya merasa kehilangan entah mengorbankan diri sendiri, materi apalagi korban perasaan. Berusaha mendewasakan diri saja! Karena memang itu sangat diperlukan supaya kita lebih hebat menghadapi segala pilihan rumit yang disajikan

Ada pilihan dimana kita akan menentukan nasib kita dan orang lain maka disinilah kedewasaan kita diuji. Mengorbankan tujuan untuk diri sendiri yang berpengaruh pada orang lain itu lebih berat dari berjalan 40km dengan orang bermuka ganda, contoh yang sering dialami kaum remaja ketika merasakan kegalauan memilih pasangan. Sebagai orang yang memilih mungkin lebih beruntung karena dia punya pilihan walaupun itu berat (dri pada ga ada pilihan) tapi lihat orang yg menjadi pilihan dia hanya bisa berdoa semoga mendapat yang terbaik untuk dirinya mungkin dia berontak supaya tidak ada pilihan (mungkin). Korban perasaan memang berat tapi mau nggak mau harus dilakukan jangan hanya diam dan memberi pengharapan yang nggak jelas. Manusia berprinsip pasti memberi keputusan, tidak berdiam diri dan membiarkan semua menggapung mengikuti alur sungai yang sudah pasti mencari titik rendah. Tak ada air yang mengalir melawan arus dan tak ada air yang mengalir ke atas. Kodrat air tetap mencari tempat rendah karena air bergantung pada gravitasi. Manusia bisa apa mengenai hal ini?? Manusia hanya memanfaatkan.

Prinsip hidup adalah pendamping untuk pedoman (agama) dan jika keduanya tak bisa menyatu maka hidup tak ada gunanya. Prinsip yang memilih dan pedoman yang membimbing memberi jalan serta memberi peraturan. Taat pada peraturan itu baik sekali, apalagi agama! Munafiknya manusia masih berkata bahwa "peraturan dibuat untuk dilanggar" Semua agama mengajarkan hal yang baik.  lihat mereka yang hidup tanpa prinsip! Hidupnya tidak akan berkembang hidupnya datar seperti kapal tanpa nahkoda. Ironis jika hidup hanya menggantung tanpa pilihan. Jika hari ini diharuskan menentukan pilihan maka segera tentukan, semua pilihan memang harus berkorban apapun itu! Perasaan untuk berkorban?? Kenapa enggak? Kejelasan lebih penting! Jangan plin-plan! Plin-plan itu lebih parah dengan tolol.

"ngomong doang semua orang juga bisa, do it-nya yang susah"

Hanya orang yang kekurangan perhatian yang ngomong seperti itu, sebodoh-bodohnya manusia tetap masih bisa berpikir. Menentukan pilihan memang susah tapi hukumnya wajib, ada sebab ada akibat. Akibat dari salah memilihpun juga ada sakitnya. Kecerobohan, ego, kekanak-kanakan dan tanpa pikir panjang! Itu yang membuat manusia cenderung mengedepankan pilihan sesaat tanpa melihat akibat. Menyesal?? Menangis?? Minta maaf?? Berdoa?? Semua belum tentu selesai. Kalaupun itu semua berakhir tetap saja masih ada bekasnya, serapi-rapinya manusia memperbaiki kesalahan dan selama manusia masih bisa berpikir semua tetap ada sejarahnya. Apa? Siapa? Kenapa? Bagaimana? Berpikir lebih jauh kedepan dengan prinsip yang lebih matang serta tujuan yang baik..berdoa dan ikhtiar supaya tidak jatuh dilubang yang sama.

0 komentar:

Posting Komentar