Senin, 26 Oktober 2015

Bad activity





Sepanjang mata memandang hanya ada gemerlap lampu penghias pegunungan yang nampak abstrak. Sesuai dengan keadaan sekarang yang lebih pantas dikata abstrak, bukan kegalauan remaja yang biasa namun kegalauan tentang sebuah rute perjalanan yang rumit tentang pendidikan tingkat akhir. Nampak konyol jika harus meninggalkan semua hanya untuk melupakan tanpa terselesaikan itu hanya memperpanjang efek kebodohan namun ini terlalu rumit jika harus berdampingan dengan masalah eksternal yang tidak tau diri kapan harus singgah dan pergi. Membuang waktu untuk berpikir ternyata tidak menghasilkan justru memperburuk otak yang sudah mengeras, sesekali keluar menikmati malam dengan kopi dan pura-pura tertawa dengan segelintir teman sandaran lebih menolong daripada diam diri didepan layar 19inc selama berjam-jam. Sebagai perokok aktif masalah yang sering menemani bukanlah menjadi alasan akan banyaknya hisapan yang sudah diketahui efek sampingnya rokok tidak membantu karena rokok hanyalah kebiasaan, jika diharuskan memilih tentang kapan harus merokok saya lebih tertarik merokok pada saat menunggu sunrise diatas gunung dengan ditemani kopi serta suhu dingin yang menusuk tulang atau ketika santai dengan hammock dipinggir pantai sambil mendengarkan sheila on 7.
1 bulan berlalu setelah 3bulan libur kuliah dan menjalani aktivitas serabutan seperti kuli. Tugas Akhir yang terbengkalai selama 1 semester menjadi tuntutan untuk segera diselesaikan pada semester ini namun masih ada rasa ingin keluar dari zona itu karena merasa belum siap finansial yang lumayan merogoh kocek dalam-dalam. 7 hari di hutan tepatnya di pegunungan Yang tidak membuat saya lupa bahwa tanggung jawab pendidikan ini akan berdiri tepat 5cm didepan kening sampai nanti menjelang sidang dan kemudian wisuda. Sebagai mahasiswa D3 yang sedang pura-pura bisa merancang alat berbau otomatis menjadi sebuah akting paling memalukan karena harus pura-pura bisa dan menguasai sedangkan diri sendiri mengatakan bahwa itu adalah hal yang mustahil. PHP, PLC, assembler, microcontroller, electronic dan lain-lain itu adalah beberapa hal yang membuat otak saya mengeras dan jalan ditempat seperti menanam pohon kaktus di kutub selatan. Ada sesuatu yang membuat optimis mengenai hal semacam ini seperti toga! Betapa gagahnya saya ketika menggunakan toga dari keringat sendiri setelah 5tahun berjuang apa adanya dari lulusan siswa berijasah teknik perkakas kemudian banting stir ke desain, dari desain ke IT dengan alasan tidak mampu mencukupi pengeluaran kreatifitas yang hukumnya wajib.

3tahun menggeluti dunia IT ternyata tidak menjamin akan penguasaan materi, apalagi mahasiswa sekelas saya yang rajin membuat surat ijin berminggu-minggu hanya untuk pindah tempat tidur menggunakan tenda dan menikmati suhu yang kadang membuat susah untuk tidur. Pintar saja tidak cukup! Yah, sepintar-pintarnya mahasiswa tetap kalah pintar dengan yang cerdas, cerdas mensiasati keadaan dengan sedikit kelicikan namun ada saja hal yang menjadi batu sandungan karena licik itu sendiri, walau hanya 1-2 mata kuliah harus mengulang tetap saja waktu yang menjadi hukuman sampai akhirnya bertemulah dengan semester yang semestinya tidak dijumpai. Ada yang bilang kalau kuliah tidak molor berati tidak sempat menikmati masa kuliah tapi itu tetaplah hal yang negative, bagaimanapun sesuatu yang bersifat tepat waktu selalu lebih baik daripada yang terlambat atau tidak tepat sama sekali dan itulah kenyataan yang musti saya jumpai.

Seperti malam-malam sebelumnya tidur adalah hal yang bersifat umum namun sulit dilakukan, menghabiskan semalam suntuk hanya untuk ngeblog, youtube dan nyampah di sosmed menjadi agenda beberapa tahun terakhir setelah menggeluti aktivitas sebagai mahasiswa yang suka jalan-jalan namun berpendapatan minim! Bekerja sebagai buruh penjaga toko memang tak seberapa walaupun sebenarnya gaji saya besar karena menjadi pegawai kepercayaan setelah bekerja semenjak SMA. Ini menjadi nilai plus tersendiri, tidak bisa saya bayangkan jika harus bekerja ditempat yang formal seperti mereka yang memilih rapi dan berdasi namun hidupnya datar dan gaji standar walau sebenarnya ada yang bergaji besar, ini memang lebih kasar dan berkesan apa adanya tapi saya lebih suka bekerja dengan celana pendek dan kadang hanya menggunakan kaos dalam saja namun mempunyai tanggung jawab besar dengan mengelola laporan dengan omset yang tidak kecil. Usaha rumahan memang menggiurkan walau nampak apa adanya tapi omset sampai puluhan juta selain itu jatah libur juga tidak dibatasi yang penting ada pembicaraan sebelum mengambil cuti dan itu yang membuat saya berpikir dua kali untuk mencari perkerjaan lain semasa kuliah. Ada beberapa penawaran untuk bekerja di tempat yang lebih provit seperti di provider swasta, desain di percetakan dll namun tetap saja kenyamanan disini sulit untuk ditinggalkan.

Awal september menjadi permulaan atau pemanasan untuk memulai hari-hari yang sudah pasti sibuk sampai akhir tahun ini. Bertemu dengan segelintir mahasiswa se-angkatan menjadi sapaan Yah, karena sebagian besar sudah lulus selain itu cuma ada beberapa orang yang akrab dengan saya 2-3 orang yang bernasib sama yaitu harus membagi pikiran selain memikirkan kuliah serta memikirkan biaya semesteran.  Karakter kami pun sama, tukang buat surat ijin namun tidak separah saya. Minggu pertama masih seperti masa liburan karena banyak yang bermalas-malasan datang, dosen pun juga begitu. Mengambil kuliah hanya 7 sks terlihat mudah dan menyenangkan padahal pahit sekali karena yang 4 sks adalah tugas akhir dan yang 3 ada kuliah pengulangan semester kemarin. Mengikuti perkuliahan kelas malam terasa lebih mudah bagi mahasiswa di kampus saya, lebih banyak toleransi maklum saja sebagian besar dari kelas malam hanya mencari gelar selain itu kelas malam lebih Nampak dewasa di bandingkan dengan kelas pagi. Kelas pagi di dominasi wajah-wajah yang masih fresh, fresh dalam artian mereka yang baru lulus SMA sedangkan kelas malam hanya orang-orang yang baru menyadari bahwa title itu penting (katanya begitu). Pukul 16.00 wib di hari senin dalam minggu kedua mata kuliah pengulangan dengan dosen baru yang nampak canggung menyampaikan materi menjadi santapan awal perkuliahan. Seperti biasa, terlambat menjadi kebiasaan karena keadaan, dengan muka sedikit kusam saya mengetuk pintu dan masuk

“permisi pak, maaf terlambat” pasang muka lelah
“iya gpp, silahkan masuk mas”
“lain kali jangan terlambat ya mas” sahut dosen dengan senyum manis.

Dosen muka baru biasanya lebih berhati-hati dalam bersikap dalam artian ketika menegur, member materi dan marah-marah, adasih dosen yang semena-mena membully menghina seenaknya namun nggak semuanya seperti itu, hidup ini keras dan kuliah ini juga keras. Adzan berkumandang dan seketika perkuliahan selesai. Nggak ada waktu untuk istirahat! Yang ada hanya waktu singkat untuk nongkrong, ngopi dengan temen sembari ngomongin orang, kebiasaan-kebiasaan yang buruk namun sedikit membantu melepas penat dengan tertawa lepas seperti di tengah hutan tanpa menghiraukan orang disekekeliling itulah kami, orang-orang yang sudah dicap gay oleh salah satu rektor walau hanya candaan, semua orang tau siapa kami, kekompakan kami jika salah satu dari kami libur semua juga libur, tugas selalu sama karena yang mengerjakan memang  satu orang yaitu saya. Tak terasa 2 jam telah berlalu didampingi  dua gelas kopi hitam dan 1 bungkus rokok telah habis, kesibukan selanjutnya adalah kerja! Capek sih, tapi harus!.

Sepulang kerja pukul setengah 4 pagi terasa tanggung jika harus menutup mata untuk istirahat. Pagi ini terlalu indah untuk ditinggal tidur, pagi selalu lebih cantik dengan senja yang sering di eluh-eluhkan banyak orang. Walaupun masih seperti malam-malam yang kemarin menjelang pagi selalu menjadi dorongan tersendiri untuk sekedar duduk atau berpindah tempat menikmati suhu pagi yang lebih adem Sembari menyiapkan perasaan yang tetap saja abstrak karena masalah eksternal yang belum terselesaikan. Cinta, temen & saudara?? Itu yang menjadi masalah! 3 bulan saling diam seolah-olah tak terjadi apa-apa padahal di hati saling menggerutu ingin ungkapkan sesuatu supaya semua bisa kelar akan tetapi otak masih saja keras bahwa apa yang terjadi kemarin akan merubah segalanya, tidak akan mengembalikan semua seperti awal pertama semua terjalin, Rumit! Ini bukan hanya perasaan tapi tali persaudaraan. Harta, tahta & wanita? Shit! Ini penyakit susah disembuhkan dan ini bukan hal sepele, beberapa persen tabungan harus dikorbankan karena salah paham dan tali persaudaraan bubar karena cinta segitiga. Bener juga apa kata mereka, ketika sedang merancang skripsi atau TA itu memang sulit, sulit karena adanya masalah yang susah untuk diselesaikan apa harus mengulur waktu lagi untuk masalah pendidikan?? Buang-buang waktu dan materi, berjumpa semester ini aja beberapa orang yang care sudah pada cerewet nanyain kapan lulus apalagi ngambil semester depan?? Hancur sudah.

Mikir hal sepele, bagaimana caranya?? Cuek dengan masalah?? Aduh, ini bukan solusi! Mencari kesibukan?? Saya sudah terlalu sibuk dengan kebiasaan-kebiasaan saya yang sekarang, jam 9-10 pagi kerja sampai sore (minggu sampai kamis) lanjut sampai pagi, senin sore kuliah, tiap hari bolak-balik kampus ngurus laporan belum urusan rumah (kepala keluarga men!) ditambah lagi masalah temen, kerjaan sampingan. Berasa presiden! Jadwal padet! Untungnya sempet nongkrong (malem jumat & sepulang kuliah hari senin) hanya sekedar ketawa ketiwi bareng laki sih, tapi lumayanlah.

Agenda main bulan ini mungkin tidak akan terlaksana,mungkin sih. Bingung mau kemana kalau masalah duit, nggak ada masalah sama sekali (lagi banyak duit) tujuan pertama pengen mengunjungi kota kembang, pengen cari suasana baru! kebetulan lagi males kalau bawa tas berukuran jumbo, berat! Mending bawa daypack. Kenapa pengen kebandung?? Denger-denger sih kemarin disana udah hujan, Cuma pengen lihat hujan (sok sweet!) jujur, nggak ada tujuan, bingung juga mau kemana kebetulan saja lagi pegang duit, masalah cuti? itu bukan masalah yang jadi masalah itu, ini bakalan mengganggu Tugas Akhir atau tidak, saya sendiri optimis nggak bakalan mengganggu. Cuma orang-orang sok sibuk yang menganggap bahwa Skripsi atau TA mengganggu atau merubah kebiasaan, kembali ke pribadi masing-masing bagaimana menyikapi kebiasaan mungkin lebih terdengar aneh ya?? Mungkin sih, tapi ini kongkrit kok! :D

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun mengucapkan selamat pagi adalah hal yang biasa namun bermanfaat, tau kenapa?? karena ucapan selamat pagi itu adalah semangat dan doa. ketika mengucapkan selamat pagi sertakanlah dengan senyum yang manis supaya lebih berkesan indah dan iklash. kenapa harus selamat pagi?? selamat pagi adalah sebuah kata dengan maksud pemberian yang biasanya diucapkan lebih awal jika kita bisa tertidur lelap semalaman, sebuah kata-kata yang menjadi pembukaan untuk melanjutkan aktivitas yang mungkin kemarin belum terselesaikan karena keadaan serta menjadi dorongan ketika kita merasa sulit membuka mata kemudian sesorang mengucapkannya dengan senyum yang indah seolah-olah memberikan semangat untuk hari ini. melihat senyum manis yang disertai dengan ucapan selamat pagi, seketika mood akan memberi refleks tersendiri dan terbukalah mata panda yang merasa dipaksa untuk melihat keindahan menjelang pergantian subuh ke matahari terang. sebagian orang menganggap hal sepele seperti ini sebagai berkah pagi, ada yang bilang itu adalah hal yang jarang di dengar bagi mereka yang hanya tinggal sendirian, mereka yang biasa mendapat ucapan dari alarm, mereka yang sering berkejar-kejaran dengan waktu karena tak mendapat ucapan yang indah dari alarm. betapa miris jika setiap hari harus berkejar-kejaran dengan waktu demi sebuah impian tanpa merasakan betapa indahnya mendung pagi dengan senyum serta ucapan selamat pagi. itu adalah hal yang simpel namun banyak yang menomor duakan mungkin karena tidak ada orang yang mengucapkan?? mungkin karena dia tipe orang yang tidak peduli?? atau mungkin dia terbiasa dengan kesendirian?? ah, itu cuma alasan mereka!

merubah hal biasa menjadi lebih berguna nampak lebih sulit daripada bangun pagi, menikmati mendung pagi dan menyibukan diri mempersiapkan aktivitas hari ini. ada hal yang harus diingat ketika memulai hari ini dengan senyum yaitu niat, niat melakukan, niat melawan dan niat berkorban! lantas apa hubungannya?? niat melakukan, ini bagian paling berat ketika mata panda masih setia bergelantungan menghiasai lingkar mata yang mungkin disebabkan karena akitivitas yang terlalu berlebihan. niat melakukan, semua berawal dari mengistirahatkan semua indra dan berjanji pada diri sendiri bahwa esok akan datang semangat yang lebih on fire untuk membakar mata panda karena pada dasarnya sebuah niat akan terpengaruh oleh waktu! yang disebabkan dari pukul berapakah kita mengistirahatkan semua indera. niat melawan hanya sebagai dorongan janji pada diri sendiri, mengucapkan dalam hati "esok saya akan lebih semangat, maka hari ini cukup disini" 11 ; 12 dengan melawan tapi ada bedanya, melawan tak serta merta didampingi hanya dengan rasa ketidak nyamanan dengan Tuhan (atas janji untuk memulai hari dengan bla bla bla) atau diri sendiri karena terlanjur berjanji tapi lebih ke-semangat (mungkin) intinya melawan kantuk yang hanya bermodalkan janji belum tentu terpenuhi karena semua itu bergantung pada niat, niat mengorbankan kenyamanan berselimut di pagi hari untuk merasakan air dingin demi memulai semua hal!

 *kring kring kring,"new message
"Bangun pagi ya??"
"tidur pagi iya!"
"sering??"
"kebiasaan!"
"awas, nggak baik hlo buat kesehatan."
"-_____-! makasih"

tetep berpikir kalau pagi selalu lebih cantik daripada senja! pagi ini dimulai dari message  dari si X, yah cuma dia yang masih kuat hati untuk ngobrol manual dengan saya. berjalan gontai seperti pemabuk kelas kakap yang kalah judi saya berjalan ke arah bukit buatan yang tingginya hanya 5 meter dari pijakan tanah rumah like climb on the mountain, capek nggak karuan setelah seharian melakukan aktivitas rutin sebulan sekali yaitu one day trip dan dilanjutkan kerja malam (nggak sampai malam sih, tepatnya tengah malam tapi nggak bisa tidur) lumayan sebagai penyegaran otak sekaligus bahan pencitraan lewat gambar-gambar digital di sosmed. tujuan ke bukit samping rumah yaitu olahraga sekedar jalan kaki 50 meter untuk menstabilkan tubuh tapi tetep saja nggak stabil, selesai jalan cari tempat enak duduk kemudian ngrokok (sama juga boong) tapi ini nikmat kok, yah, sesuatu yang bersifat nikmat sebagian besar menyimpan sisi negatif yang lebih, lebih dan lebih tapi tetep aja jadi kebiasaan! 1 hal yang dipikirkan di otak yaitu olahraga dan menikmati pagi atau sembari menyelam minum air kelapa muda...yaaahh, begitulah kebodohan-kebodohan manusia, sadar kalau itu buruk tapi tetep aja dilakukan